Langkah awal dalam menyusun latar belakang penelitian adalah dengan membahas isu umum atau isu global yang relevan dengan topikmu. Tujuannya bukan sekadar memperpanjang tulisan, tapi untuk memberi gambaran besar kepada pembaca bahwa topik yang kamu angkat itu punya konteks yang luas dan penting. Misalnya, kalau kamu meneliti tentang lingkungan, kamu bisa mulai dari isu global seperti perubahan iklim, krisis energi, atau kerusakan ekosistem. Dengan begitu, pembaca langsung tahu kalau penelitianmu nggak muncul tiba-tiba, tapi ada hubungannya dengan persoalan nyata yang lagi ramai dibicarakan di dunia.
Dari isu umum ini, kamu juga bisa menunjukkan urgensi penelitianmu. Contohnya, masalah kualitas pendidikan yang jadi tantangan di berbagai negara, isu kesehatan mental yang meningkat di kalangan anak muda, atau problem ketimpangan ekonomi yang masih jadi sorotan global. Dengan memulai dari masalah besar, kamu sedang membangun “panggung” untuk penelitianmu sendiri. Jadi, ketika nanti kamu masuk ke isu yang lebih spesifik, pembaca akan merasa alurnya wajar dan nyambung, bukan sekadar loncat ke masalah lokal tanpa pengantar.
Setelah membuka dengan isu global, langkah selanjutnya adalah mempersempit fokus ke isu yang lebih spesifik sesuai konteks wilayah, kelompok, atau kondisi eksisting yang ingin kamu teliti. Misalnya, dari isu pendidikan di dunia, kamu bisa mengerucutkannya ke kondisi pendidikan di Indonesia, kemudian mengarah lagi ke tantangan pendidikan di daerah tertentu. Cara ini membantu pembaca mengikuti alur cerita dengan lebih mudah, karena mereka bisa melihat hubungan antara masalah besar yang mendunia dengan masalah nyata yang terjadi di lingkungan yang lebih dekat.
Dengan mempersempit fokus, kamu juga menunjukkan bahwa penelitianmu relevan dan punya landasan kuat. Jangan sampai kamu hanya bicara hal-hal besar tapi lupa menyinggung kondisi nyata di lapangan. Misalnya, kalau isu globalnya tentang literasi, maka kamu bisa menghubungkannya dengan rendahnya minat baca di kalangan pelajar di daerahmu. Nah, dari situ pembaca akan merasa bahwa penelitianmu punya arah jelas, sekaligus penting untuk dicermati karena menyangkut masalah yang benar-benar terjadi.
Pada tahap ini, kamu perlu menunjukkan permasalahan khusus atau celah riset yang benar-benar ada di lapangan. Caranya bisa dengan mengutip data terbaru, merujuk pada penelitian sebelumnya, atau bahkan menyoroti fenomena nyata yang sedang terjadi. Misalnya, meskipun sudah ada banyak program literasi yang digalakkan pemerintah, faktanya minat baca di kalangan remaja Indonesia masih rendah. Hal semacam ini bikin pembaca sadar bahwa ada masalah yang belum terselesaikan dan butuh diteliti lebih lanjut.
Menjelaskan celah riset juga penting untuk menunjukkan posisi penelitianmu di antara penelitian-penelitian yang sudah ada. Kamu bisa menekankan bahwa penelitian terdahulu belum menjawab pertanyaan tertentu, atau ada aspek yang belum banyak dikaji. Dengan begitu, penelitianmu nggak cuma sekadar mengulang, tapi benar-benar hadir untuk melengkapi dan memberi kontribusi baru. Jadi, pembaca atau dosen pembimbing bisa melihat nilai tambah dari skripsimu sejak di bagian latar belakang.
Kalau masalahnya udah ketemu, sekarang saatnya kasih bocoran tentang pendekatan atau solusi yang mau kamu pakai. Nggak perlu langsung ribet sama detail teknis, cukup tunjukin aja kamu punya cara buat nyari jawabannya. Misalnya, kamu mau pakai survei buat ngumpulin data, atau pakai studi kasus biar lebih mendalam. Intinya, bikin pembaca yakin kalau kamu nggak cuma nunjukin masalah, tapi juga siap buat cari jalan keluarnya.
Bagian ini juga penting buat ngasih kesan kalau penelitianmu emang terarah dan punya strategi. Jadi, dosen atau pembaca lain bisa lihat bahwa kamu udah mikir jauh ke depan. Bayangin aja kayak kamu lagi presentasi ide, terus kasih teaser, “nah, nanti gue bakal pakai metode A biar bisa nemuin jawaban yang pas.” Dengan begitu, alurnya enak: ada masalah → ada cara → tinggal menuju hasil.
Setelah kamu jelasin masalah dan pendekatan yang mau dipakai, sekarang waktunya ngerucutin semuanya jadi tujuan penelitian. Tujuan ini ibarat garis finish dari cerita latar belakangmu. Misalnya, kalau dari awal kamu ngomongin literasi digital dan udah nunjukin ada masalah di kalangan mahasiswa, maka tujuanmu bisa ditulis jelas: “Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara penggunaan media sosial dengan tingkat literasi digital mahasiswa.” Jadi pembaca nggak bingung lagi, karena arah penelitiannya udah keliatan terang benderang.
Selain bikin alur lebih rapi, tujuan penelitian juga bikin skripsimu punya pegangan yang kuat. Ingat, tujuan ini yang nanti bakal jadi dasar buat rumusan masalah, metode, sampai analisis data. Kalau tujuanmu jelas sejak awal, langkah-langkah berikutnya juga bakal lebih gampang dijalani. Jadi jangan cuma formalitas nulis satu kalimat, tapi pastikan tujuanmu bener-bener nyambung sama masalah yang udah kamu angkat.
Nah, setelah nulis tujuan, jangan lupa tambahin juga bagian manfaat penelitian. Ini sering banget dilewatin padahal penting banget buat nunjukin nilai tambah dari skripsimu. Coba jelasin penelitianmu ini bisa dipakai siapa aja—apakah mahasiswa lain yang lagi cari referensi, dosen atau instansi yang butuh data, atau bahkan masyarakat yang bisa ngerasain dampaknya secara langsung. Dengan begitu, penelitianmu nggak cuma keliatan akademis doang, tapi juga punya faedah nyata di luar ruang kelas.
Selain itu, manfaat penelitian juga bikin skripsimu lebih hidup karena pembaca bisa lihat relevansinya. Bayangin kalau ada penelitian yang ujung-ujungnya cuma berhenti di rak perpustakaan, sayang banget kan? Tapi kalau kamu udah tunjukin sejak awal siapa yang bisa pakai hasil penelitianmu, itu bikin skripsimu lebih bernilai dan dianggap penting. Jadi, jangan anggap remeh bagian ini—meski singkat, manfaat penelitian bisa jadi poin plus buat ngebuktiin kalau karyamu beneran berguna.
Jadi guys, intinya, bikin latar belakang skripsi itu sama kayak nyusun cerita yang runtut. Kamu mulai dari isu besar, pelan-pelan ngerucutin ke masalah yang lebih spesifik, lalu kasih tau pendekatan, tujuan, sampai manfaat penelitian. Kalau alurnya ngalir, pembaca bakal lebih gampang nangkep maksudmu dan nggak ngerasa loncat-loncat. Ingat, bagian ini bukan cuma formalitas, tapi fondasi buat bikin skripsi kamu berdiri kokoh.
Makanya, jangan ngeremehin bagian latar belakang. Anggap aja kamu lagi ngobrol santai sama pembaca dan ngajak mereka setuju kalau topikmu emang penting untuk diteliti. Dengan gaya penulisan yang jelas, runtut, dan enak dibaca, kamu bisa bikin dosen atau penguji lebih gampang ngerti arah penelitianmu. Jadi, kalau keenam tahapan tadi kamu jalani dengan baik, latar belakangmu pasti lebih kuat, rapi, dan siap jadi pintu masuk yang meyakinkan buat keseluruhan skripsi.
No comments:
Post a Comment
Give your positive comments.
Avoid offensive comments.
Thank you.