Wednesday, August 20, 2025

Menulis Artikel Jurnal Jadi Lebih Efisien: 6 Rahasia yang Jarang Dibagikan

Menulis artikel ilmiah untuk jurnal memang sering kali terasa berat. Banyak penulis, terutama mahasiswa atau dosen pemula, merasa kewalahan karena harus menyeimbangkan riset, penulisan, dan revisi yang seolah tidak ada habisnya. Namun sebenarnya, ada cara-cara praktis untuk membuat proses ini jadi lebih hemat, baik dari segi waktu maupun energi. Dengan strategi yang tepat, menulis artikel ilmiah bisa terasa lebih ringan dan bahkan menyenangkan. Artikel ini akan membagikan enam tips hemat yang bisa langsung kamu terapkan.

Mari kita pahami dulu kenapa efisiensi dalam penulisan artikel itu penting. Bayangkan kalau kita menulis tanpa arah, bisa-bisa waktu berminggu-minggu habis hanya untuk memperbaiki bagian pendahuluan. Belum lagi jika kita salah memilih jurnal tujuan, tentu waktu yang sudah kita investasikan bisa terbuang sia-sia. Efisiensi di sini bukan berarti menulis dengan terburu-buru, melainkan menulis dengan cerdas. Jadi, menulis hemat itu soal strategi, bukan sekadar kecepatan. Nah, supaya lebih jelas, berikut adalah enam tips hemat dalam menulis artikel ilmiah yang bisa kamu jadikan pegangan:

1. Pilih topik yang spesifik dan relevan. Banyak orang terjebak memilih topik yang terlalu luas sehingga akhirnya mereka kesulitan mempersempit bahasan. Misalnya, menulis tentang “Strategi Pendidikan di Indonesia” jelas terlalu besar, tapi kalau difokuskan menjadi “Strategi guru vokasi menggunakan AI dalam pembelajaran” maka pembahasannya jadi lebih terarah. Topik yang jelas akan membuatmu lebih hemat waktu saat mencari referensi. Selain itu, kamu juga akan lebih mudah menjawab pertanyaan reviewer karena fokus penelitianmu sudah tajam sejak awal. Jadi, jangan takut untuk mempersempit topik.

2. Manfaatkan alat bantu teknologi. Di era digital, menulis tanpa bantuan tools itu ibarat jalan jauh tanpa kendaraan yang membuat proses penyusunan artikel jurnal kita jadi melelahkan, boring dan lama. Cobalah pakai reference manager seperti Mendeley atau Zotero supaya kutipan dan daftar pustaka bisa rapi otomatis. Gunakan juga Grammarly atau bahkan AI writing assistant seperti Jenni AI untuk sekadar mengecek grammar atau alur kalimat. Tools ini akan membuat proses menulis lebih hemat energi, karena kamu tidak harus mengulang-ulang pekerjaan teknis yang bisa dikerjakan otomatis. Jadi, biarkan teknologi jadi asisten setiamu.

3. Buat kerangka tulisan dengan struktur IMRaD. IMRaD itu singkatan dari Introduction, Methods, Results, and Discussion. Struktur ini sudah jadi standar internasional untuk penulisan artikel ilmiah. Dengan membuat outline menggunakan pola ini, kamu bisa menghemat banyak waktu karena arah tulisanmu jelas sejak awal. Misalnya, kalau sudah tahu bagian “Metode” harus berisi apa saja, kamu tidak akan tersesat menulis hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Intinya, outline itu seperti peta jalan yang membuatmu lebih cepat sampai tujuan.

4. Atur waktu dengan strategi penulisan harian. Banyak penulis gagal karena mereka menunggu mood datang baru mulai menulis (seperti saya kadang-kadang hehee..). Padahal, menulis artikel ilmiah butuh konsistensi, bukan sekadar inspirasi. Cobalah bagi tugas jadi beberapa sesi kecil, misalnya hari ini menulis pendahuluan saja, besok fokus di metode, dan seterusnya. Kamu juga bisa pakai teknik Pomodoro, yaitu menulis selama 25 menit lalu istirahat 5 menit. Dengan strategi ini, penulisan jadi terasa lebih ringan dan waktumu tidak terbuang sia-sia.

5. Pilih jurnal tujuan dengan tepat dan ikuti panduannya. Salah satu kesalahan klasik adalah menulis artikel tanpa tahu akan dikirim ke jurnal mana. Akhirnya, formatnya harus diubah-ubah dan revisinya jadi panjang. Supaya hemat, sejak awal tentukan jurnal tujuan, seperti bisa dilihat di laman SINTA untuk jurnal nasional yang terakreditasi & Scopus untuk jurnal internasional bereputasi. Lalu ikuti template serta panduan penulisannya. Dengan begitu, peluang diterima lebih besar dan waktumu tidak habis hanya untuk memperbaiki format. Ingat, setiap jurnal punya aturan unik yang harus dihargai.

6. Revisi menyeluruh dan minta umpan balik sebelum submit. Banyak penulis terburu-buru mengirimkan artikelnya, padahal mungkin saja masih ada beberapa kesalahan kecil yang bisa diperbaiki. Akibatnya, artikel ditolak hanya karena hal teknis yang sebetulnya bisa dihindari. Luangkan waktu untuk membaca ulang tulisanmu dengan teliti, lalu minta orang lain untuk menilai. Bisa teman sejawat, dosen pembimbing, atau kolega yang memang terbiasa membaca artikel ilmiah. Dengan begitu, kamu bisa hemat waktu revisi setelah hasil review resmi dari jurnalnya datang.

Jadi, menulis artikel ilmiah bukan sekadar urusan menyusun kata, tapi soal strategi. Semakin kamu cerdas mengatur waktu, memilih tools, dan mengikuti aturan jurnal, semakin hemat pula energi dan waktu yang kamu keluarkan. Menulis dengan hemat akan membuat proses ini terasa lebih santai dan enjoyable. Kamu pun bisa lebih cepat melihat namamu terpampang di jurnal yang kamu incar. Jadi, jangan tunggu lagi & mulai terapkan tips ini sekarang juga yah!

No comments:

Post a Comment

Give your positive comments.
Avoid offensive comments.
Thank you.