Buku Teks Pelajaran dan
Peranannya
Buku
pelajaran memiliki peran penting dalam sistem pendidikan (nasional). Buku
merupakan salah satu komponen dalam proses kegiatan belajar mengajar. Hal
tersebut dirasakan manfaatnya oleh Diah Wahyu Fitria Rahmawati, siswa kelas 6
SDS Trisula I Jakarta. Menurutnya, manfaat buku pelajaran, yaitu untuk menambah
pengetahuan, misalnya untuk mengetahui perkembangan atau peristiwa-peristiwa
yang terjadi. Meskipun demikian, tampaknya tidak semua pengetahuannya tercakup
dalam buku pelajaran. Karenanya, selain memiliki buku pelajaran, menurut Inu,
sapaan akrabnya, ia pun membuat catatan-catatan yang menurutnya di buku tidak
ada.
Kemanfaatan
buku pelajaran dibenarkan pula oleh Tami, siswi SMP Labschool Rawamangun
Jakarta Timur. “Manfaat buku pelajaran adalah untuk menambah ilmu, dalam
pengertian dari tidak tahu menjadi tahu, agar mendapat nilai bagus ketika
ulangan, dan dapat menjawab pertanyaan dari guru,” ungkapnya beralasan.
Pentingnya
buku pelajaran ditanggapi pula oleh Budi, orang tua murid. “Pasti sangat
penting,” ujarnya bersemangat. Menurutnya, apalah pengetahuan kami (baca: masih
kurang, red.) kalau tidak dibantu dengan buku. “Oleh karena itu, memilih buku
yang baik sangat menentukan hasil belajar dari anak-anaknya,” ungkapnya
menjelaskan.
Bagi
orang tua murid yang tinggal di Percetakan Negara ini, dengan adanya buku
pelajaran sangat membantu dirinya. “Saya tidak mengerti kurikulum itu apa, dan
apa yang harus diajarkan, serta berapa lama waktunya,” katanya beralasan
tentang manfaat buku pelajaran. Jadi, menurutnya, buku menjadi patokan orang
tua untuk mengajari, membantu belajarnya, atau mengukur tingkat
keberhasilannya.
Buku
Teks Jangan Hanya Jadikan Patokan
Tidak
dapat disangkal lagi bahwa baik oleh siswa maupun orang tua siswa, buku
pelajaran masih dijadikan patokan. Begitu pun dengan guru. Menurut Deden E.
Ariffan, ukuran untuk guru-guru di Indonesia masih berpatokan dengan buku teks.
“Keberadaan buku teks sangat membantu, tetapi jangan sampai terjadi guru hanya
berpatokan pada buku tersebut,” ujar guru SMA yang mengajar Antropologi di
Labschool Rawamangun Jakarta Timur ini menambahkan. Padahal, tambahnya lagi,
guru dapat mencari bahan rujukan dari sumber aslinya, yaitu dengan melihat
daftar pustaka pada buku teks. Nantinya, katanya, guru akan mendapatkan
ilmu-ilmu baru yang tidak didapatkan dalam buku pelajaran tersebut.
Lalu,
bagaimana gambaran ideal sebuah buku pelajaran? Moh. Yasin, dosen UI,
menjelaskan bahwa kita harus melihat dari tujuan pendidikan itu sendiri. Namun
demikian, menurutnya, Departemen Pendidikan Nasional sebagai badan yang
berkompeten dirasa belum mempunyai tujuan yang jelas. “Tidak adanya
kesinambungan antara SMP, SMU, dan universitas,” ungkap staf pengajar di FEUI
ini.
Menyinggung
buku-buku pelajaran yang diterbitkan oleh penerbit swasta, Deden melihat masih
ada kekurangannya. Ia melihat bahwa buku pelajaran, penekanannya lebih kepada
apa yang disebut intelektual atau akal yang disebut kecerdasan intelektual.
Jadi, menurutnya, tidak menyentuh kepada hal-hal yang bersifat emosional, mampu
menggugah sosial anak, dan mampu menggugah potensi spiritual anak. “Ini
kemudian yang menyebabkan buku-buku pelajaran tidak terlalu menarik karena
hanya memuat materi dengan sangat padat dan tidak ada ekspresi untuk anak harus
melakukan apa terhadap buku tersebut,” ujarnya menjelaskan.
Sementara
dari segi desain, masih menurut Deden, buku-buku sekarang sudah lebih baik,
artinya sudah mulai ada setting atau pengaturan warna buku meskipun diakuinya
bahwa jika dibandingkan dengan buku-buku dari luar kita masih ketinggalan,
dalam arti selain buku-buku itu menarik, juga penuh dengan ilustrasi-ilustrasi
yang mampu menimbulkan imajinatif anak.
Buku
Teks Pelajaran dan Peranannya
Pendidikan
sebagai aktor utama yang memegang peran penting bagi kemajuan bangsa saat ini
masih terus dalam tahap perbaikan dan peningkatan kualitas. Usaha-usaha
perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan, khususnya pelajaran bahasa Indonesia
secara sistematis telah dilakukan oleh pemerintah. Perbaikan-perbaikan tersebut
dilakukan dalam berbagai hal seperti tenaga pendidik, fasilitas sekolah, dan
juga penataan perangkat pendukung pembelajaran bahasa Indonesia.
Perangkat
pembelajaran bahasa Indonesia yang di anggap strategis dalam upaya peningkatan
mutu pendidikan bahasa Indonesia yaitu kurikulum. Kurikulum yang di kembangkan
di Indonesia selalu mengalami kemajuan yang signifikan. Kurikulum 1975 sebagai
kurikulum penyempurna dari kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 1968 merupakan
kurikulum yang sudah mengalami kemajuan. Kurikulum 1975 ini merupakan awal dari
terbentuknya pengajaran yang semula berorientasi pada guru berubah pada
pengajaran yang lebih berorientasi pada siswa terbukti dalam kurikulum 1975 ada
yang di namakan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Kurikulum 1975 ini kemudian
disempurnakan oleh kurikulum 1984 dan kemudian disempurnakan lagi oleh
kurikulum 1994 yang sudah diarahkan pada pada fungsi komunikasi. Kurikulum 2004
yang merupakan kurikulum penyempurna kurikulum sebelumnya lebih mengaktifkan siswa
dalam proses belajar mengajar. Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis
Kompetensi ini menyediakan banyak sekali pembaharuan dalam pembelajaran.
Pembaharuan pembelajaran yang dilakukan dalam kurikulum ini misalnya dengan
menerapkan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Kurikulum
2004 atau biasa disebut KBK itu ternyata hanya berlaku dalam kurun waktu 2
tahun. Tahun 2006 dikeluarkan kembali kurikulum baru yang disebut Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum yang sering disebut dengan KTSP ini
merupakan usaha perbaikan yang dilakukan pemerintah. Kurikulum ini menempatkan
satuan pendidikan mengelola sendiri pembelajaran yang dilakukan sesuai karena
dengan asumsi bahwa satuan pendidikanlah yang mengetahui potensi siswanya,
bagaimana siswanya dan lingkungan siswa.
Usaha
perbaikan mutu pengajaran bahasa Indonesia selain dengan adanya kurikulum yang
terus berkembang harus juga di topang oleh buku pelajaran yang baik yang sesuai
dengan kurikulum yang berlaku. Buku teks sebagai buku penopang dalam
pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting yaitu
menentukan baik buruknya hasil pembelajaran yang dilakukan karena guru
menggunakan buku teks tersebut sebagai acuan dalam membelajarkan materi. Jika
kualitas buku teks yang digunakan oleh sekolah baik maka besar kemungkinan
kualitas pengajaran bahasa Indonesia yang dilakukan akan baik, akan tetapi jika
buku teks yang digunakan kurang baik, atau bahkan buruk maka pengajaran yang
terjadi akan sangat sulit mencapai hasil yang diharapkan.
Berkenaan
dengan pentingnya faktor buku teks dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang di
gunakan dalam pengajaran bahasa Indonesia di SMP timbul pertanyaan apakah buku
teks yang digunakan di sekolah-sekolah telah memenuhi standar mutu baik dilihat
dari tolok ukur kurikulum maupun teori-teori yang relevan. Untuk mengetahui hal
tersebut terlebih dahulu kita pahami tentang buku teks itu sendiri.
Pengertian
Buku Teks
Pengertian
buku teks telah banyak disampaikan oleh para pakar yang diantaranya adalah
menurut Hall-Quest (dalam Tarigan 1986:11). Menurutnya buku teks adalah rekaman
pikiran rasial yang di susun untuk maksud-maksud dan tujuan-tujuan
intruksional. Lange (dalam Tarigan 1986:11) menjelaskan bahwa buku teks adalah
buku standar, buku setiap cabang khusus dan studi dan dapat terdiri dari dua
tipe yaitu buku pokok/utama dan suplemen/tambahan. Lebih terperinci lagi Bacon
(dalam Tarigan 1986:11) mengemukakan bahwa buku teks adalah buku yang dirancang
buat penggunaan di kelas, dengan cermat yang disusun dan disiapkan oleh para
pakar ataupara ahli dalam bidang itu dan diperlengkapi dengan sarana-sarana
pengajaran yang sesuai dan serasi.
Buckingham
(dalam Tarigan 1986:11) mengatakan bahwa buku teks adalah sarana belajar yang
biasa dugunakan di sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi untuk menunjang
suatu program pengajaran dalam pengertian modern dan yang umum dipahami. Buku
pelajaran adalah buku yang dijadikan pegangan siswa pada jenjang tertentu
sebagai media pembelajaran (instruksional), berkaitan dengan bidang studi
tertentu (Depdiknas 2004:4).
Berdasarkan
pendapat para ahli tesebut, dapat disimpulkan bahwa buku teks adalah buku
pelajaran yang disusun oleh para ahli atau pakar dalam bidangnya untuk
menunjang program pengajaran yang telah digariskan oleh pemerintah.
Fungsi
Buku Teks
Penyusunan
buku teks dalam upaya pengembangan pembelajaran di sekolah tidaklah disusun
tanpa fungsi yang jelas. Funsgsi dan peranan buku teks itu adalah: (a)
mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai penagjaran
serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pengajaran yang disajikan, (b)
menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi
yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa, sebagai dasar bagi
program-program kegiatan yang disarankan dimana keterampilan-keterampilan
ekspresional diperoleh di bawah kondisi-kondisi yang menyerupai kehidupan yang
sebenarnya, (c) menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap
mengenai keterampila-keterampilan ekspresional yang mengemban masalah pokok
dalam komunikasi, (d) metode da sarana penyajian bahan dalam buku teks harus
memenuhi syarat-syarat tertentu. Misalnya harus menarik, menantang, merangsang,
bervariasi sehingga siswa benar-benar termotivasi untuk mempelajari buku teks
tersebut, (e) menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan
juga sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis, (f) di
sampin sebagai sumber bahan buku teks juga berperan sebagai sumber atau alat
evaluasi dan pengajaran remidial yang serasi dan tepat guna (Green dan Petty
dalam Tarigan 1986)
Fungsi
buku teks bagi guru adalah sebagai pedoman untuk mengidentifikasi apa yang
harus diajarkan atau dipelajari oleh siswa, mengetahui urutan penyajian bahan
ajar, mengetahui teknik dan metode pengajaranya, memperoleh bahan ajar secara
mudah, mdan menggunaknya sebagai alat pembelajaran siswa di dalam atau diluar
sekolah (Krisanjaya 1997:85).
Fungsi
buku teks bagi siswa adalah sebagi sarana kepastian tentang apa yang ia
pelajari, alat kontrol untuk mengetahui seberapa banyak dan seberapa jauh ia
telah menguasai materi pelajaran, alat belajar (di luar kelas buku teks
berfungsi sebagai guru) di mana ia dapat menemukan petunjuk, teori, maupun
konsep danbahan-bahan latihan atau evaluasi (Krisanjaya 1997:86).
Kualitas
Buku Teks
Buku
teks berkaitan erat dengan kurikulum yang berlaku. Buku teks yang baik harus
relevan dan menunjang pelaksanaan kurikulum. Ada sebelas aspek untuk menentukan
kualitas buku teks, yaitu (1) memiliki landasan prinsip dan sudut pandang yang
berdasarkan teori linguistik, ilmu jiwa perkembangan, dan teori bahan
pembelajaran, (2) kejelasan konsep, (3) relevan dengan kurikulum yang berlaku,
(4) sesuai dengan minat siswa, (5) menumbuhkan motivasi belajar, (6)
merangsang, menantang, dan menggairahkan aktivitas siswa, (7) ilustrasi tepat
dan menarik, (8) mudah dipahami siswa, yaitu bahasa yang digunakan memiliki
karakter yang sesuai enan tingkat perkembangan bahasa siswa, kalimat-kalimatnya
efektif, terhindar dari makna ganda, sederhana, sopan dan menarik, (9) dapat
menunjang mata pelajaran lain, (10) menghargai perbedaan individu, kemampuan,
bakat, minat, ekonomi, sosial dan budaya, (11) memantapkan nilai-nilai budi
pekerti yang berlaku di masyarakat (Tarigan 1986:22)
Hal-hal
yang berhubungan dengan kualitas buku pelajaran menurut tim penilai buku ajar
dapat dikelompokkan ke dalam empat aspek, yakni (1) isi atau materi pelajaran,
(2) penyajian materi, (3) bahasa dan keterbacaan, dan (4) format buku atau
grafika. Keempat aspek ini saling berkait satu sama lain (Depdiknas 2004:15).
Dengan demikian, secara garie besar standar buku pelajaran diukur melalui aspek
isi atau materi, penyajian materi, bahasa, dan keterbacaan, serta grafik.
Spiralisasi
Untuk
memudahkan siswa memperoleh pemahaman yang utuh dan berkesinambungan, penulis
buku pelengkap perlu menata urutan penyajiannya berdasarkan prinsip-prinsip
spiralisasi yang baik. Prinsip-prinsip itu adalah penjenjangan dan pembobotan
(Abdussamad 2002: 57). Prinsip penjenjangan mengharuskan materi diurutkan dari
yang lebih mudah ke yang lebih sulit, dari yang harus dikuasai lebih dulu ke
yang merupakan lanjutan, dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.
Prinsip
pembobotan menyangkut keluasan dan kedalaman materi yang harus disajikan pada
setiap pembelajaran. Penerapan prinsip ini harus memperhitungkan kesinambungan
program. Materi tertentu yang memiliki tingkat kesulitan tersendiri atau yang
keterampilannya sangat diperlukan dapat diulang penyajiannya. Pengulangan
penyajian itu hendaknya memperhitungkan keluasan dan kedalaman materi. Materi
yang diulang harus lebih luas dan dalam bobotnya daripada penyajian sebelumnya
atau merupakan pengembangan dari materi yang pernah disajikan sebelumnya
Fungsi
buku teks bagi guru adalah sebagai pedoman untuk mengidentifikasi apa yang
harus diajarkan atau dipelajari oleh siswa, mengetahui urutan penyajian bahan
ajar, mengetahui teknik dan metode pengajaranya, memperoleh bahan ajar secara
mudah, mdan menggunaknya sebagai alat pembelajaran siswa di dalam atau diluar
sekolah (Krisanjaya 1997:85).
Fungsi
buku teks bagi siswa adalah sebagi sarana kepastian tentang apa yang ia
pelajari, alat kontrol untuk mengetahui seberapa banyak dan seberapa jauh ia
telah menguasai materi pelajaran, alat belajar (di luar kelas buku teks
berfungsi sebagai guru) di mana ia dapat menemukan petunjuk, teori, maupun
konsep danbahan-bahan latihan atau evaluasi (Krisanjaya 1997:86).
Simpulan
Buku
teks merupakan salah satu jenis buku pendidikan. Buku teks adalah buku yang
berisi uraian bahan tentang mata pelajaran atau bidang studi tertentu, yang
disusun secara sistematis dan telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu,
orientasi pembelajaran, dan perkembangan siswa, untuk diasimilasikan.
Sebagai
buku pendidikan, buku teks memainkan peranan penting dalam pembelajaran. Dengan
buku teks, program pembelajaran bisa dilaksanakan secara lebih teratur sebab
guru sebagai pelaksana pendidikan akan memperoleh pedoman materi yang jelas.
Guru dapat mengetahui materi yang harus
diajarkan dan dipelajari siswa.
Dengan
membaca buku teks, siswa akan dapat terdorong untuk berpikir dan berbuat yang
positif, misalnya memecahkan masalah yang dilontarkan dalam buku teks. Di
samping itu, buku teks dapat sebagai alat kontrol untuk mengetahui materi yang
dikuasai dan sebagai alat belajar di luar kelas.
Buku
teks merupakan salah satu jenis buku pendidikan. Buku teks adalah buku yang
berisi uraian bahan tentang mata pelajaran atau bidang studi tertentu, yang
disusun secara sistematis dan telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu,
orientasi pembelajaran, dan perkembangan siswa, untuk diasimilasikan.
Sebagai
buku pendidikan, buku teks memainkan peranan penting dalam pembelajaran. Dengan
buku teks, program pembelajaran bisa dilaksanakan secara lebih teratur sebab
guru sebagai pelaksana pendidikan akan memperoleh pedoman materi yang jelas.
Guru dapat mengetahui materi yang harus diajarkan
dan dipelajari siswa.
Dengan
membaca buku teks, siswa akan dapat terdorong untuk berpikir dan berbuat yang
positif, misalnya memecahkan masalah yang dilontarkan dalam buku teks. Di
samping itu, buku teks dapat sebagai alat kontrol untuk mengetahui materi yang
dikuasai dan sebagai alat belajar di luar kelas.
No comments:
Post a Comment
Give your positive comments.
Avoid offensive comments.
Thank you.