Image by https://www.uwinnipeg.ca/philosophy/
BAB I
PENDAHULUAN
Hubungan antara bahasa dengan masalah-masalah filsafat telah lama menjadi perhatian, bahkan hal ini telah berlangsung sejak zaman yunani. Ketika para filsuf mengetahui bahwa berbagai macam persoalan filsafat dapat dijelaskan dengan suatu analisis bahasa, akhirnya suatu perubahan penting terjadi.
Para ahli filsafat sependapat bahwa hubungan antara filsafat dan bahasa sangatlah erat bahkan tidak dapat dipisahkan terutama dalam pengertian pokok bahwa tugas utama filsafat adalah menganalisis konsep-konsep melalui bahasa.
A.Pengertian Filsafat Bahasa
Menurut Devitt (1987), bahwa filsafat bahasa termasuk bidang yang kompleks dan sulit ditentukan lingkup pengertiannya. Namun demikian berdasarkan pengamatan terhadap perkembangan sejarah filsafat bahasa dapat dikelompokkan menjadi dua macam pengertian yaitu; Pertama, perhatian filsuf terhadap bahasa dalam memecahkan dan menjelaskan problema-problema dan konsep-konsep dalam filsafat. Kedua; filsafat bahasa sebagaimana bidang-bidang filsafat yang lain seperti filsafat hukum, filsafat manusia, filsafat alam,filsafat social dan bidang-bidang filsafat lainnya yang membahas, menganalisis, dan mancari hakikat dari objek material filsafat tersebut.
B.Kedudukan Bahasa dalam Filsafat
Bahasa pada hakikatnya merupakan suatu system symbol yang tidak hanya merupakan urutan bunyi-bunyi secara empiris, melainkan memiliki makna yang sifatnya nonempiris. Bahasa adalah merupakan alat komunikasi manusia,penuangan emosi manusia serta merupakan sarana pengejawantahan pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam mencari hakikat kebenaran dalam hidupnya.
Filasafat sebagai suatu aktivitas manusia yang berpangkal pada akal pikiran manusia untuk menemukan kearifan dalam hidupnya, terutama dalam mencari dan menemukan hakikat realitas dari segala sesuatu memiliki hubungan yang sangat erat dengan bahasa terutama di bidang semantic. Hal itu dapat dipahami karena dunia fakta dan realitas yang menjadi objek aktivitas filsafat adalah dunia simbolik yang terwakili oleh bahasa. Sebagaiman dikemukakan oleh Bertrand Russell bahwa bahasa memiliki kesesuaian dengan struktur realitas dan fakta yang lebih dipertegas oleh Wittgenstein bahwa bahasa adalah gambaran realitas. Oleh karena itu untuk dapat mengungkapkan struktur realitas diperlukan suatu system symbol bahasa yang memenuhi syarat logis sehingga satuan-satiuan dalam ungkapan bahasa itu terwujud dalam proposisi-proposisi. Sehubungan dengan masalah tersebut dalam kenyataannya bahasa sehari-hari memiliki sejumlah kelemahan dalam hubungannya dengan ungkapan-ungkapan dalam aktivitas berfilsafat. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain (1) Vagueness (kesamaran), (2) Inexplicitness (tidak eksplisit), (3) ambiguity (ketaksaan), (4) Contex-dependence (tergantung pada konteks), (5) Misleadingness (menyesatkan). (Altson,1964;6)
Berbagai kelemahan dan kekurangan bahasa dalam proses pengungkapan konsep-konsep filosofis perlu diberikan suatu penjelasan khusua agar ungkapan-ungkapan atau kata-kata yang digunakan dalam menjelaskan realitas tidak terjadi misleadingness. Betapapun demikian keberadaan bahasa sebagai sesuatu yang khas milik manusia tidak hanya merupakan symbol belakamelainkan merupakan media pengembang pikiran manusia terutama dalam mengungkapkan realitas segala sesuatu. Dengan pengertian yang demikian inilah bahasa menunjukkan fungsi vitalnya dalam aktivitas manusia, yaitu berfilsafat.
.........................................
Klik link dibawah ini untuk mengunduh makalah lengkap.
No comments:
Post a Comment
Give your positive comments.
Avoid offensive comments.
Thank you.