JENIS STRATEGI PEMBELAJARAN
Seperti telah dikemukakan di muka, metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.
Berikut ini disajikan beberapa metode
pembelajaran yang bisa digunakan untuk
mengimpelementasikan strategi pembelajaran.
A. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penuturan bahan
pelajaran secara lisan. Metode ini senantiasa bagus bila pengunaannya
betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat dan media serta memperhatikan
batas-batas kemungkinan penggunannya. Metode ceramah merupakan metode yang
sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini
selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor
kebiasaan baik dari guru atau pun siswa. Guru biasanya belum merasa puas
manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah.
Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang
memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah
berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar. Metode
ceramah merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran ekspositori.
1.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah
Ada beberapa kelebihan sebagai alasan mengapa
ceramah sering digunakan.
Ceramah merupakan metode yang ’murah’ dan
’mudah’ untuk dilakukan. Murah dalam arti proses ceramah tidak memerlukan
peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti
demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan
suara guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit.
Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran
yang luas. Artinya, materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau
dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.
Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi
yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang
mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin
dicapai.
Melalui ceramah, guru dapat mengontrol
keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang
memberikan ceramah.
Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah
dapat diatur menjadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas
yang beragam, atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit. Asal siswa
dapat menempati tempat duduk untuk mendengarkan guru, maka ceramah sudah dapat
dilakukan.
Di
samping beberapa kelebihan di atas, ceramah juga memiliki beberapa kelemahan,
di antaranya:
Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai
hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini
memang kelemahan yang paling dominan, sebab apa yang diberikan guru adalah apa
yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa
yang dikuasai guru.
Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan
dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme.
Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur
yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan. Sering
terjadi, walau pun secara fisik siswa ada di dalam kelas, namun secara mental
siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran; pikirannya
melayang ke mana-mana, atau siswa mengantuk, oleh karena gaya bertutur guru
tidak menarik.
Melalui ceramah, sangat sulit untuk
mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.
Walaupun ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang
pun yang bertanya, semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah paham.
2.
Langkah-langkah Menggunakan Metode Ceramah
Ada tiga langkah pokok yang harus
diperhatikan, yakni persiapan, pelaksanaan dan kesimpulan. Langkah-langkah
tersebut diantaranya adalah:
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah:
·
Merumuskan tujuan yang ingin
dicapai.
·
Menentukan pokok-pokok
materi yang akan diceramahkan.
·
Mempersiapkan alat bantu.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini ada tiga langkah yang harus
dilakukan:
1) Langkah Pembukaan.
Langkah pembukaan dalam metode ceramah
merupakan langkah yang menentukan. Keberhasilan pelaksanaan ceramah sangat
ditentukan oleh langkah ini.
2) Langkah Penyajian.
Tahap penyajian adalah tahap penyampaian
materi pembelajaran dengan cara bertutur. Agar ceramah berkualitas sebagai
metode pembelajaran, maka guru harus menjaga perhatian siswa agar tetap terarah
pada materi pembelajaran yang sedang disampaikan.
3) Langkah Mengakhiri atau Menutup Ceramah.
Ceramah harus ditutup dengan ringkasan
pokok-pokok matar agar materi pelajaran yang sudah dipahami dan dikuasai siswa
tidak terbang kembali. Ciptakanlah kegiatan-kegiatan yang memungkinkan siswa
tetap mengingat materi pembelajaran. Perlu diperhatikan, bahwa ceramah akan
berhasil baik, bila didukung oleh metode-metode lainnya, misalnya tanya jawab,
tugas, latihan dan lainlain. Metode ceramah itu wajar dilakukan bila: (a) ingin
mengajarkan topik baru, (b) tidak ada sumber bahan pelajaran pada siswa, (c)
menghadapi sejumlah siswa yang cukup banyak.
B. Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode yang sangat
efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri
berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar
tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan
secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya
sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran
lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk
mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
1.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi
memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:
Melalui metode demonstrasi terjadinya
verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan
bahan pelajaran yang dijelaskan.
Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab
siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
Dengan cara mengamati secara langsung siswa
akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan
demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.
Di
samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa
kelemahan, di antarannya:
Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang
lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal
sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi
untuk menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali
mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak.
Demonstrasi memerlukan peralatan,
bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini
memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
Demonstrasi memerlukan kemampuan dan
keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih
profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi
guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.
2.
Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi
a.
Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang
harus dilakukan:
Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa
setelah proses demonstrasi berakhir.
Persiapkan garis besar langkah-langkah
demonstrasi yang akan dilakukan.
Lakukan uji coba demonstrasi.
b.
Tahap Pelaksanaan
1)
Langkah pembukaan.
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa
hal yang harus diperhatikan, di antaranya:
Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua
siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh
siswa.
Kemukakan tugas-tugas apa yang harus
dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang
dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.
2)
Langkah pelaksanaan demonstrasi.
Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan
yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaanpertanyaan
yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan
demonstrasi.
Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan
menghindari suasana yang menegangkan.
Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya
demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.
Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara
aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses
demonstrasi itu.
3)
Langkah mengakhiri demonstrasi.
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses
pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada
kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan
pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses
demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya
guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi
itu untuk perbaikan selanjutnya.
C. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran
yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah
untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami
pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998). Karena
itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih
bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara
bersama-sama. Selama ini banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan
metode diskusi dalam proses pembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul dari
asumsi: (1) diskusi merupakan metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena
interaksi antar siswa muncul secara spontan, sehingga hasil dan arah diskusi
sulit ditentukan; (2) diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang,
padahal waktu pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas, sehingga
keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu secara tuntas.
Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab, dengan perencanaan
dan persiapan yang matang kejadian semacam itu bisa dihindari.
Dilihat dari pengorganisasian materi
pembelajaran, ada perbedaan yang sangat prinsip dibandingkan dengan metode
sebelumnya, yaitu ceramah dan demonstrasi. Kalau metode ceramah dan demonstrasi
materi pelajaran sudah diorganisir sedemikian rupa sehingga guru tinggal
menyampaikannya, maka pada metode ini bahan atau materi pembelajaran tidak
diorganisir sebelumnya serta tidak disajikan secara langsung kepada siswa,
matari pembelajaran ditemukan dan diorganisir oleh siswa sendiri, karena tujuan
utama metode ini bukan hanya sekadar hasil belajar, tetapi yang lebih penting
adalah proses belajar.
Secara umum ada dua jenis diskusi yang biasa
dilakukan dalam proses pembelajaran. Pertama, diskusi kelompok. Diskusi ini
dinamakan juga diskusi kelas. Pada diskusi ini permasalahan yang disajikan oleh
guru dipecahkan oleh kelas secara keseluruhan. Pengatur jalannya diskusi adalah
guru. Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa dibagi dalam
beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses pelaksanaan
diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah dengan beberapa submasalah.
Setiap kelompok memecahkan submasalah yang disampaikan guru. Proses diskusi
diakhiri dengan laporan setiap kelompok.
1.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi
Ada beberapa kelebihan metode diskusi,
manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk
lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar
pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan
pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih
siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
Selain
beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:
Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi
dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi
meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang
kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
Dalam diskusi sering terjadi perbedaan
pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya,
kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu
iklim pembelajaran.
2.
Jenis-jenis Diskusi
Terdapat bemacam-macam jenis diskusi yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain:
a.
Diskusi Kelas
Diskusi kelas atau disebut juga diskusi
kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota
kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini
adalah: (1) guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa yang
akan menjadi moderator, siapa yang menjadi penulis; (2) sumber masalah (guru,
siswa, atau ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan
selama 10-15 menit; (3) siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan
setelah mendaftar pada moderator; (4) sumber masalah memberi tanggapan; dan (5)
moderator menyimpulkan hasil diskusi.
b.
Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan
membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5
orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum,
kemudian masalah tersebut dibagi-bagi ke dalam submasalah yang harus dipecahkan
oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua
kelompok menyajikan hasil diskusinya.
c.
Simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan
membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan
keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa.
Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka
simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang
telah ditentukan sebelumnya.
d.
Diskusi Panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah
yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang
di hadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam
diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sekadar
peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar
diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan
metode penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam
diskusi.
3.
Langkah-langkah Melaksanakan Diskusi
Agar penggunan diskusi berhasil dengan
efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Langkah Persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
persiapan diskusi di antaranya:
Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik
tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
Menentukan jenis diskusi yang dapat
dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai..
Menetapkan masalah yang akan dibahas.
Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala
fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim
perumus, manakala diperlukan.
b.
Pelaksanaan Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan diskusi adalah:
Memeriksa segala persiapan yang dianggap
dapat memengaruhi kelancaran diskusi.
Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan
diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan
diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.
Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan
main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan
suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak
saling menyudutkan, dan lain sebagainya.
Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap
peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
Mengendalikan pembicaraan kepada pokok
persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian
biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.
c.
Menutup Diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan
menggunakan diskusi hendaklah dilakuan hal-hal sebagai berikut:
Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai
kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
Me-review jalannya diskusi dengan meminta
pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
D. Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang
artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar,
simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan
situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan
tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak
semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang
sebenarnya. Gladi resik merupakan salah satu contoh simulasi, yakni
memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk
upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Demikian juga untuk
mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan
simulasi akan sangat bermanfaat.
Metode simulasi bertujuan untuk: (1) melatih
keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan
sehari-hari, (2) memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, (3)
melatih memecahkan masalah, (4) meningkatkan keaktifan belajar, (5) memberikan
motivasi belajar kepada siswa, (6) melatih siswa untuk mengadakan kerjasama
dalam situasi kelompok, (7) menumbuhkan daya kreatif siswa, dan (8) melatih
siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.
a. Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi
Terdapat beberapa kelebihan dengan
menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, di antaranya adalah:
Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi
siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan
keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
Simulasi dapat mengembangkan kreativitas
siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan
sesuai dengan topik yang disimulasikan.
Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya
diri siswa.
Memperkaya pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang
problematis.
Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa
dalam proses permbelajaran.
Di samping memiliki kelebihan, simulasi juga
mempunyai kelemahan, di antaranya:
Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi
tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi
dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi
terabaikan.
Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut
sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.
b. Jenis-jenis Simulasi
Simulasi terdiri dari beberapa jenis, di
antaranya:
1) Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain
peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial,
permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan
remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama
digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah
sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.
2) Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan
bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis.
Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan
reaksi terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya.
3) Role Playing
Role playing atau bermain peran adalah metode
pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi
peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau
kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Topik yang dapat
diangkat untuk role playing misalnya memainkan peran sebagai juru kampanye
suatu partai atau gambaran keadaan yang mungkin muncul pada abad teknologi
informasi.
4) Peer Teaching
Peer teaching merupakan latihan mengajar yang
dilakukan oleh siswa kepada teman-teman calon guru. Selain itu peer teaching
merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada siswa
lainnya dan salah satu siswa itu lebih memahami materi pembelajaran.
5) Simulasi Game
Simulasi game merupakan bermain peranan, para
siswa berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan
mematuhi peraturan yang ditentukan.
c. Langkah-langkah Simulasi
1) Persiapan Simulasi
Menetapkan topik atau masalah serta tujuan
yang hendak dicapai oleh simulasi.
Guru memberikan gambaran masalah dalam
situasi yang akan disimulasikan.
Guru menetapkan pemain yang akan terlibat
dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu
yang disediakan.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.
2) Pelaksanaan Simulasi
Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok
pemeran.
Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh
perhatian.
Guru hendaknya memberikan bantuan kepada
pemeran yang mendapat kesulitan.
Simulasi hendaknya dihentikan pada saat
puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan
masalah yang sedang disimulasikan.
3) Penutup
Melakukan diskusi baik tentang jalannya
simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan.Guru harus mendorong agar
siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan
simulasi.
Merumuskan kesimpulan.
E. Metode Tugas dan Resitasi
Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan
pekerjaan rumah, tetapi lebih luas dari itu. Tugas dan resitasi merangsang anak
untuk aktif belajar baik secara individu atau kelompok. Tugas dan resitasi bisa
dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat lainnya.
Jenis-jenis tugas sangat banyak tergantung pada tujuan yang akan dicapai,
seperti tugas meneliti, menyusun laporan, dan tugas di laboratorium.
Langkah-langkah menggunakan metode tugas/resitasi:
1. Fase Pemberian Tugas
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya
mempertimbangkan; tujuan yang akan dicapai, jenis tugas dan tepat, sesuai
dengan kemampuan siswa, ada petunjuk yang dapat membantu dan sediakan waktu
yang cukup.
2. Langkah Pelaksanaan Tugas
Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru.
Diberikan dorongan sehingga anak mau
melaksanakannya.
Diusahakan atau dikerjakan oleh anak sendiri.
Mencatat semua hasil yang diperoleh dengan
baik dan sistematik.
3. Fase Pertanggungjawaban Tugas
Hal yang perlu diperhatikan adalah:
Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa
yang telah dikerjakan.
Ada tanya jawab dan diskusi.
Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan
tes atau nontes atau cara lainnya.
Fase mempertanggungjawabkan tugas inilah yang
disebut resitasi.
F. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar
yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic
sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya
siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat
adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru. Beberapa hal yang
penting diperhatikan dalam metode tanya jawab ini antara lain:
1. Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya
jawab.
Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi
pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa.
Untuk merangsang siswa berfikir.
Memberi kesempatan pada siswa untuk
mengajukan masalah yang belum dipahami.
2. Jenis pertanyaan.
Pada dasarnya ada dua pertanyaan yang perlu
diajukan, yakni pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran:
Pertanyaan ingatan, dimaksudkan untuk
mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan sudah tertanam pada siswa. Biasanya
pertanyaan berpangkal kepada apa, kapan, di mana, berapa, dan yag sejenisnya.
Pertanyaan pikiran, dimaksudkan untuk
mengetahui sampai sejauh mana cara berpikir anak dalam menanggapi suatu
persoalan. Biasanya pertanyaan ini dimulai dengan kata mengapa, bagaimana.
3. Tehnik mengajukan pertanyaan.
Berhasil tidaknya metode tanya jawab, sangat
bergantung kepada tehnik guru dalam mengajukan pertanyaanya. Metode tanya jawab
biasanya dipergunakan apabila:
Bermaksud mengulang bahan pelajaran.
Ingin membangkitkan siswa relajar.
Tidak terlalu banyak siswa.
Sebagai selingan metode ceramah.
G. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok atau bekerja dalam
situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang
sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas
kelompok-kelompok kecil (subsub kelompok). Kelompok bisa dibuat berdasarkan:
Perbedaan individual dalam kemampuan belajar,
terutama bila kelas itu sifatnya heterogin dalam belajar.
Perbedaan minat belajar, dibuat kelompok yang
terdiri atas siswa yang punya minat yang sama.
Pengelompokan berdasarkan jenis pekerjaan
yang akan kita berikan.
Pengelompokan atas dasar wilayah tempat
tinggal siswa yang tinggal dalam satu wilayah yang dikelompokkan dalam satu
kelompokan sehingga memudahkan koordinasi kerja.
Pengelompokan secara random atau dilotre,
tidak melihat faktor-faktor lain.
Pengelompokan atas dasar jenis kelamin, ada
kelompok pria dan kelompok wanita.
Sebaiknya kelompok menggambarkan yang
heterogin, baik dari segi kemapuan belajar maupun jenis kelamin. Hal ini
dimaksudkan agar kelompokkelompok tersebut tidak berat sebelah (ada kelompok
yang baik dan ada kelompok yang kurang baik) .
Kalau dilihat dari segi proses kerjanya maka
kerja kelompok ada dua macam, yaitu kelompok jangka pendek dan kelompok jangka
panjang. 1) Kelompok jangka pendek, artinya jangka waktu untuk bekerja dalam
kelompok tersebut hanya pada saat itu saja, jadi sifatnya insidental. 2)
Kelompok jangka panjang, artinya proses kerja dalam kelompok itu bukan hanya
pada saat itu saja, mungkin berlaku untuk satu periode tertentu sesuai dengan tugas/masalah yang akan
dipecahkan.
Untuk mencapai hasil yang baik, maka faktor
yang harus diperhatikan alam kerja kelompok adalah:
Perlu adanya motif (dorongan) yang kuat untuk
bekerja pada setiap anggota.
Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai
satu unit dipecahkan bersama, atau masalah dibagi-bagi untuk dikerjakan
masing-masing secara individual. Hal ini bergantung kepada kompleks tidaknya
masalah yang akan dipecahkan
Persaingan yang sehat antarkelompok biasanya
mendoronganak untuk belajar.
Situasi yang menyenangkan antar anggota
banyak menentukan berahsil tidaknya kerja kelompok.
H. Metode Problem Solving
Metode problem solving (metode pemecahan
masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode
berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya
dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Langkah-langkah metode problem solving.
Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan.
Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
Mencari data atau keterangan yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca
buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.
Menetapkan jawaban sementara dari masalah
tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah
diperoleh, pada langkah kedua di atas.
Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut.
Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul
yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan
jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran
jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi,
tugas, diskusi, dan lain-lain.
Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus
sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
I. Metode Sistem Regu (Team Teaching)
Team Teaching pada dasarnya ialah metode
mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa,
jadi kelas dihadapi beberapa guru.
Sistem regu banyak macamnya, sebab untuk satu
regu tidak senantiasa guru secara formal saja, tetapi dapat melibatkan orang
luar yang dianggap perlu sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan metode Team Teaching.
Harus ada program pelajaran yang disusun
bersama oleh team tersebut, sehingga betul-betul jelas dan terarah sesuai
dengan tugas masing-masing dalam team tersebut.
Membagi tugas tiap topik kepada guru
tersebut, sehingga masalah bimbingan pada siswa terarah dengan baik.
Harus dicegah jangan sampai terjadi jam bebas
akibat ketidak hadiran seseorang guru anggota tim.
J. Metode Latihan (Drill)
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk
memeperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari.
Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpiki,
maka hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat kewajaran dari metode Drill.
Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang
bersifat motorik, seperti menulis, permainan, pembuatan, dan lain-lain.
Untuk melatih kecakapan mental, misalnya
perhitungan penggunaan rumus-rumus, dan lain-lain.
Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti
penggunaan bahasa, grafik, simbul peta, dan lain-lain.
Prinsip dan petunjuk menggunakan metode
Drill.
Siswa harus diberi pengertian yang mendalam
sebelum diadakan latihan tertentu.
Latihan untuk pertama kalinya hendaknya
bersifat diagnosis, mula-mula kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk
kemudian bisa lebih sempurna.
Latihan tidak perlu lama asal sering
dilaksanakan.
Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan
siswa.
Proseslatihan hendaknya mendahulukan hal-hal
yang essensial dan berguna.
K. Metode Karyawisata (Field-Trip)
Karyawisata dalam arti metode mengajar
mempunyai arti tersendiri, berbeda dengan karyawisata dalam arti umum.
Karyawisata di sini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar.
Contoh: Mengajak siswa ke gedung pengadilan
untuk mengetahui sistem peradilan dan proses pengadilan, selama satu jam
pelajaran. Jadi, karyawisatadi atas tidak mengambil tempat yang jauh dari
sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Karyawisata dalam waktu yang lama
dan tempat yang jauh disebut study tour. Langkah- langkah Pokok dalam
Pelaksanaan Metode Karyawisata
1. Perencanaan Karyawisata
Merumuskan tujuan karyawisata.
Menetapkan objek kayawisata sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai.
Menetapkan lamanya karyawisata.
Menyusun rencana belajar bagi siswa selama
karyawisata.
Merencanakan perlengkapan belajar yang harus
disediakan.
2. Pelaksanaan Karyawisata
Fase ini adalah pelaksanaan kegiatan belajar
di tempat karyawisata dengan bimbingan guru. Kegiatan belajar ini harus
diarahkan kepada tujuan yang telah ditetapkan pada fase perencanaan di atas.
3. Tindak Lanjut
Pada akhir karyawisata siswa diminta
laporannya baik lisan maupun tertulis, mengenai inti masalah yang telah
dipelajari pada waktu karyawisata.
L. Strategi Pembelajaran Ekspositori
1. Pengertian
Strategi pembelajaran ekspositori adalah
strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara
verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi pelajaran
disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi
itu. Materi pelajaran seakanakan sudah jadi. Karena strategi ekspositori lebih
menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan strategi ”chalk and
talk”.
2. Karakteristik Pembelajaran Ekspositori
Terdapat beberapa karakteristik strategi
ekspositori di antaranya:
Strategi ekspositori dilakukan dengan cara
menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan
merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang
mengidentikannya dengan ceramah.
Biasanya materi pelajaran yang disampaikan
adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep
tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan
materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir
siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan
kembali materi yang telah diuraikan.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan
bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher
centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang
peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi
pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang
disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini
adalah kemampuan akademik (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran
dengan kuliah merupakan bentuk strategi ekspositori.
3. Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran
Ekspositori
Tidak ada satu strategi pembelajaran yang
dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik
tidaknya suatu strategi pembelajaran bisa dilihat dari efektif tidaknya
strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Dengan demikian, pertimbangan pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah
tujuan apa yang harus dicapai.
Dalam penggunaan strategi pembelajaran
ekspositori terdapat beberapa prinsip berikut ini, yang harus diperhatikan oleh
setiap guru.
a. Berorientasi pada Tujuan
Walaupun penyampaian materi pelajaran
merupakan ciri utama dalam strategi pembelajaran ekspositori melalui metode
ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan
pembelajaran. Justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam
penggunaan strategi ini. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih
dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur.
Seperti kriteria pada umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam
bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau berorientasi pada kompetensi yang
harus dicapai oleh siswa. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan
yang spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi
pembelajaran. Memang benar, strategi pembelajaran ekspositori tidak mungkin
dapat mengejar tujuan kemampuan berpikir tingkat tinggi, misalnya kemampuan
untuk menganalisis, mensintesis sesuatu, atau mungkin mengevaluasi sesuatu,
namun tidak berarti tujuan kemampuan berpikir taraf rendah tidak perlu
dirumuskan. Justru tujuan itulah yang harus dijadikan ukuran dalam menggunakan
strategi ekspositori.
b. Prinsip Komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai
proses komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang
(sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan
yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir
dan disusun sesuai dengan tujuan tertentu yaang ingin dicapai. Dalam proses
komunikasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai
penerima pesan.
Dalam proses komunikasi, bagaimanapun
sederhananya, selalu terjadi urutan pemindahan pesan (informasi) dari sumber
pesan ke penerima pesan. Sistem komunikasi dikatakan efektif manakala pesan itu
dapat mudah ditangkap oleh penerima pesan secara utuh. Sebaliknya, sistem
komunikasi dikatakan tidak efektif, manakala penerima pesan tidak dapat
menangkap setiap pesan yang disampaikan. Kesulitan menangkap pesan itu dapat
terjadi oleh berbagai gangguan (noise) yang dapat menghambat kelancaran proses
komunikasi. Akibat gangguan (noise) tersebut memungkinkan penerima pesan
(siswa) tidak memahami atau tidak dapat menerima sama sekali pesan yang ingin
disampaikan. Sebagai suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses
penyampaian, maka prinsip komunikasi merupakan prinsip yang sangat penting
untuk diperhatikan. Artinya, bagaimana upaya yang bisa dilakukan agar setiap
guru dapat menghilangkan setiap gangguan (noise) yang bisa mengganggu proses
komunikasi.
c. Prinsip Kesiapan
Siswa dapat menerima informasi sebagai
stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kita harus memosisikan mereka dalam
keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran. Jangan
mulai kita sajikan mata pelajaran, manakala siswa belum siap untuk menerimanya.
d. Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat
mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut.
Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk
waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses
penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan
(disequilibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau
menambah wawasan melalui proses belajar mandiri.
Keberhasilan penggunaan strategi ekspositori
sangat tergantung pada kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan mated
pelajaran.
4. Langkah-langkah Pelaksanaan Strategi
Ekspositori
Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi
ekspositori, yaitu:
a. Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan
mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam strategi ekspositori,
langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi ekspositori sangat
tergantung pada langkah persiapan.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah
persiapan di antaranya adalah:
Berikan sugesti yang positif dan hindari
sugesti yang negatif.
Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang
harus dicapai.
Bukalah file dalam otak siswa.
b. Penyajian (Presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian
materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Guru harus
dipikirkan guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran
dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Karena itu, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini, yaitu: (1)
penggunaan bahasa, (2) intonasi suara, (3) menjaga kontak mata dengan siswa,
dan (4) menggunakan joke-joke yang menyegarkan.
c. Korelasi (Correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan
materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang
memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan
yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna
terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan
yang telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan
berpikir dan kemampuan motorik siswa.
d. Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami
inti {core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan
merupakan langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui
langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses
penyajian.
e. Mengaplikasikan (Application)
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk
kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan
langkah yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab
melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan
pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah
ini di antaranya: (1) dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang
telah disajikan, (2) dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran
yang telah disajikan.
5. Keunggulan dan Kelemahan Strategi
Ekspositori
a. Keunggulan
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan
strategi pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan
strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru
bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui
sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
Strategi pembelajaran ekspositori dianggap
sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas,
sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
Melalui strategi pembelajaran ekspositori
selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi
pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui
pelaksanaan demonstrasi).
Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran
ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
b. Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, strategi
ekspositori juga memiliki kelemahan, di antaranya:
Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat
dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara
baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan
strategi lain.
Strategi ini tidak mungkin dapat melayani
perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan,
minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
Karena strategi lebih banyak diberikan
melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal
kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
Keberhasilan strategi pembelajaran
ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan,
pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai
kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi), dan kemampuan mengelola
kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin
berhasil.
Oleh karena gaya komunikasi strategi
pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one-way communication), maka
kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan
sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan
pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.
M. Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran Inkuiri menekankan
kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara
langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri
materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing
siswa untuk belajar. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru
dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic,
yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
1. Ciri-ciri Strategi Pembelajaran Inkuiri
Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada
aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi
inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran,
siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru
secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi
pelajaran itu sendiri.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa
diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri {self
belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan
sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar
siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab
antara guru dan siswa. Karena itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik
bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.
Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi
pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis,
logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari
proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak
hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka
dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran
belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya,
siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai
materi pelajaran.
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan
bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student
centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang
peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
2. Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran
Inkuiri
a. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah
pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini
selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
b. Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah
proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan
guru, bahkan interaksi anta-ra siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai
proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi
sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
c. Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam
menggunakan strategi ini adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa
untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari
proses berpikir. Karena itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah
inkuiri sangat diperlukan.
d. Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta,
akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni
proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
d. Prinsip Keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah
pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus
dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan
kebenaran hipotesis yang diajukannya.
3. Langkah-Langkah Pelaksanaan Strategi
Pembelajaran Inkuiri
Secara umum proses pembelajaran dengan
menggunakan strategi dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk
membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru
mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru
merangsang dan Mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah
orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan startegi ini
sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan
kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak
mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
b. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa
siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.
Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah
itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat.
Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh
sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat
berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi
harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang
dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu
sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta
keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai
wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi
pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat
penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya
memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan
ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Karena itu, tugas dan
peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering
terjadi kemacetan berinkuiri adalah manakala siswa tidak apresiatif terhadap
pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh
gejala-gejala ketidakgairahan dalam belajar. Manakala guru menemukan
gejala-gejala semacam ini, maka guru hendaknya secara terus-menerus memberikan
dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis
pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk
berpikir.
e. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan
jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis yang terpenting adalah
mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu,
menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi,
akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering
terjadi, karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang
dirumuskan tidak fokus pada masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk
mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa
data mana yang relevan.
4. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial
Terjadinya ledakan pengetahuan, menuntut
perubahan pola mengajar dari yang hanya sekadar mengingat fakta yang biasa
dilakukan melalui strategi pembelajaran dengan metode kuliah (lecture) atau
dari metode latihan (drill) dalam pola tradisional, menjadi pengembangan kemampuan
berpikir kritis (critical thinking). Strategi pembelajaran yang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir itu adalah strategi inkuiri sosial.
Menurut Bruce Joyce, inkuiri sosial merupakan
strategi pembelajaran dari kelompok sosial (social family) subkelompok konsep
masyarakat (concept of society). Subkelompok ini didasarkan pada asumsi bahwa
metode pendidikan bertujuan untuk mengembangkan anggota masyarakat ideal yang
dapat hidup dan dapat mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat. Karena itulah
siswa harus diberi pengalaman yang memadai bagaimana caranya memecahkan
persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat. Melalui pengalaman itulah setiap
individu akan dapat membangun pengetahuan yang berguna bagi diri dan
masyarakatnya.
Inkuiri sosial dapat dipandang sebagai suatu
strategi pembelajaran yang berorientsi kepada pengalaman siswa. Ada tiga
karakteristik pengembangan strategi inkuiri sosial. 1) adanya aspek (masalah)
sosial dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong terciptanya
diskusi kelas. 2) adanya rumusan hipotesis sebagai fokus untuk inkuiri. 3) penggunaan fakta sebagai pengujian hipotesis.
Dari karakteristik inkuiri seperti yang telah
diuraikan di atas, maka tampak inkuiri sosial pada dasarnya tidak berbeda
dengan inkuiri pada umumnya. Perbedaannya terletak pada masalah yang dikaji
adalah masalah-masalah sosial atau masalah kehidupan masyarakat.
5. Keunggulan dan Kelemahan Strategi
Pembelajaran Inkuiri
Strategi Pembelajaran Inkuiri merupakan
strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan, karena strategi ini memiliki
beberapa keunggulan, di antaranya:
Startegi ini merupakan strategi pembelajaran
yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih
bermakna.
Startegi ini dapat memberikan ruang kepada
siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
Startegi ini merupakan strategi yang dianggap
sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran
ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh
siswa yang lemah dalam belajar.
Di samping memiliki keunggulan, strategi ini
juga mempunyai kelemahan, di antaranya:
Jika strategi ini digunakan sebagai strategi
pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
Strategi ini sulit dalam merencanakan
pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya,
memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan
waktu yang telah ditentukan.
Selama kriteria keberhasiJan belajar
ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka startegi ini
akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
N. Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning)
1. Pengertian
Strategi Pembelajaran Kontekstual merupakan
suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi
tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial,
dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke
permasalahan/konteks lainnya.
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching
and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan
mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih
dipentingkan daripada hasil.
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah
membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi
daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).
Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.
Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching
and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
2. Langkah-langkah CTL
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa
saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan
CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus
ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar
lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya.
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri
untuk semua topik.
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
bertanya.
Ciptakan masyarakat belajar.
Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan
berbagai cara.
3. Karakteristik Pembelajaran CTL
Kerjasama.
Saling menunjang.
Menyenangkan, tidak membosankan.
Belajar dengan bergairah.
Pembelajaran terintegrasi.
Menggunakan berbagai sumber.
Siswa aktif.
Sharing dengan teman.
Siswa kritis guru kreatif.
Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil
kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain.
Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor
tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain
Dalam pembelajaran kontekstual, program
pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang
berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama
siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program
tercermin tujuan pembelajaran,media untuk mencapai tujuan tersebut, materi
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessment-nya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang
guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama
siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program
pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Program
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan
dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran
kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
No comments:
Post a Comment
Give your positive comments.
Avoid offensive comments.
Thank you.